Postingan

Petualangan si Roda Dua

Pagi ini terasa berbeda dari biasanya. Kerap kali aku terbangun ketika lalu lintas sudah padat. Namun, hari ini aku terbangun ketika langit masih sedikit gelap dan belum banyak kendaraan yang melintas.  Setelah terbangun, aku melakukan aktivitas seperti biasa, diam, bersantai, dan melamun. Aku melihat jalanan di depan rumah, sesekali ada motor yang melintas. Ada yang berjenis matic, ada juga yang manual dijalankan dengan gigi. Sepertinya mereka berlomba-lomba untuk mengantarkan si penumpang menuju tempat tujuan. Selain motor, aku juga melihat kendaraan roda empat seperti mobil dan truk. Ada mobil dengan bak terbuka yang mengantar pasir, lalu ada mobil normal yang membawa beberapa penumpang. Aku tidak bisa melihat berapa jumlahnya. Tapi aku bisa menghitung satu sampai sepuluh.  Aku bisa menghitung satu sampai sepuluh sudah agak lama. Aku belajar menghitung dari jalanan yang aku lewati sehari-hari. Misalnya saja jumlah roda motor ada dua, jumlah roda mobil ada empat, rangkaian g...

Gadis Desa Utara

Pagi ini sama seperti pagi biasanya. Setelah selesai sarapan dan memakai pantofel, aku berjalan keluar dan duduk di teras untuk menunggu kedatangan sahabatku. Kami selalu bersama pergi ke sekolah. Seraya menunggunya datang, aku mengecek satu persatu buku di dalam tas. Memastikan bahwa terdapat dua buku tulis matematika di sana dan tidak ada buku biologi. “Hai!” suara serak yang sama seperti biasa. Aku mendongak hanya untuk mendapati wajah pucat dan mata sipit yang bengkak milik sahabatku. Netraku kugulirkan ke bawah sedikit hanya untuk mendapati dua luka melintang yang terlihat masih basah di tangan kiri sahabatku. Pemandangan pagi yang cukup membuatku miris. Aku bergegas berdiri dan menggendong tasku, lalu ku tarik satu-satunya sahabatku ini ke dalam pelukan hangat dariku. “Ayo berangkat,” pinta nya yang justru aku abaikan. Aku semakin mengeratkan pelukan itu, berusaha menyalurkan energi positif padanya. “Soph, ayo kita berangkat! Kau mau dimarahi Miss Eleanor hanya karena t...

Berkembang, Belajar, dan Terbang

Kakiku memasuki pelataran sekolah baru dengan langkah santai. Mataku menyisir area sekolah baruku yang rindang. Untuk sampai ke aula, tempat pengenalan lingkungan sekolah diadakan, aku melewati banyak sekali pohon dan tanaman. Rindang sekali sekolah baruku. Rasanya nyaman dan seperti menemukan rumah ke dua. Di aula dilaksanakan Masa Perkenalan Lingkungan Sekolah. Aku menjadi tau mengenai banyak hal di sekolah baruku. Seperti bagaimana sistem belajarnya, guru-gurunya, ekstrakurikuler untuk mengembangkan bakat, dan alumni-alumninya yang ternyata sangat keren. Tidak sabar rasanya untuk masuk ke kelas dan bertemu orang-orang baru yang akan menjadi teman selama tiga tahun ke depan. D i hari terakhir Masa Perkenalan Lingkungan Sekolah, kakak-kakak OSIS mengajak kami menyanyikan anthem sekolah. Aku yang menghabiskan masa SMP lebih banyak di rumah merasa aneh melihat kakak-kakak itu saling merangkul lalu bernyanyi dengan kompak. Tapi baru-baru ini aku sadar kalau menyanyikan anthem sekolah ber...

Payungan Langit Yang Sama

Selamat pagi, selamat malam Untuk kamu yang ada di sana Rasa suka ku membuncah di sini Berharap selalu ingin jumpa Hingga berharap ingin memiliki Rembulan bersinar terang di langit malam Fajar menyingsing membawa perlawanan Hingga mentari meninggi, aku masih menunggu Kapan kiranya kisah ini berakhir   Sering aku mendapati mu bercengkerama dengan temanmu Sering juga mendapati mu berjalan sendirian Secara sengaja aku selalu berusaha menatapmu Dan berkhayal berjalan di samping mu   Menjadi manusia ada sukses dan gagal nya Tapi aku rasa mundur adalah pilihan Karena seberapa besar usaha ku mendekati Kau akan menjauh secara pasti   Secarik kertas berisi puisi ngawur nya itu diremas, lalu dibuang begitu saja ke tempat sampah di sampingnya. Faradiba namanya, gadis pendiam yang biasa disapa Fara itu kembali menyukai seseorang setelah membiarkan hatinya kosong beberapa pekan. Kepalanya ia jatuhkan ke meja. Rambutnya ia biarkan tergerai bera...

Kamu Yang Tidak Akan Kusebut Namanya

Hai semuanya, aku sarankan baca ini sambil mendengarkan It's You - Ali Gatie ya! ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Minggu pagi, hari libur ini aku isi dengan ikut acara family gathering tempat kerja ibuku. Cowok sok ganteng berkacamata itu masih mengekoriku dari kemarin lusa. Termasuk tiba-tiba ikut family gathering ke Semarang ini. Keluargaku sebenarnya tidak keberatan. Teman-teman ibuku juga sama. Justru beberapa dari mereka memuji rupa tampannya dan sedikit menggodaku karena membawa laki-laki bersamaku. Ketika biasanya aku duduk di samping adikku, kini laki-laki yang seumuran denganku itu yang mengisi posisi itu. "Aku mau beli snack di swalayan situ, mau ikut nggak?" tanyanya ketika bus berhenti di sebuah rest area. "Enggak, aku mager banget." Dia pun keluar meninggalkanku di dalam bus bersama beberapa orang yang tidak memiliki keperluan di rest area. Aku pasang kabe...

Labdajaya Hakim

Tak ada kata sepi di sela-sela Jakarta malam hari. Kota yang tak pernah mati ini menemani Labda sehari-hari. Dari pagi ketika bergegas menuju sekolah, di siang hari ketika ia harus mengerjakan ulangan harian dari Bu Ambar, waktu sore yang selalu ia habiskan untuk melakukan hobinya –bermain basket, dan pada malam hari yang sudah pasti ia pakai untuk pergi ke tempat les untuk belajar lagi, lagi, dan lagi. Labdajaya Hakim atau yang akrab disapa Labda ini adalah sosok yang selalu menempati posisi sebelas di peringkat paralel angkatan. Sekeras apapun ia berusaha, serajin apapun ia belajar, di setiap kali pengumuman peringkat tentu sudah bisa ditebak semua orang bahwa Labdajaya Hakim tidak akan bisa masuk peringkat sepuluh besar di paralel angkatan. Seperti malam-malam biasanya, langit Jakarta yang penuh polusi itu tidak bisa menampakkan satupun cahaya bintang. Juga seperti biasa di Hananda School, hari ini adalah hari penerimaan rapot. Sepuluh siswa yang memiliki nilai tertinggi di seti...

Saturdate

Pagi itu sama seperti sabtu pagi biasanya. Aku bangun terlambat. Beruntungnya hari Sabtu libur, jadi tak akan ada yang mengganggu ku untuk terjaga pagi-pagi dan berangkat ke sekolah.  Dibandingkan suara ibuku yang selalu berisik membangunkan ku, pagi ini aroma lezat yang ku tebak dari bubur ayam membangunkan ku. Aku yang sudah memiliki rasa ingin tahu, beranjak dari peraduan ku. Selimut yang jatuh ke lantai aku biarkan saja.  Di luar kamar aku dapati pintu depan yang terbuka sedikit. Bukan seperti sabtu pagi biasanya. Sabtu pagi di rumahku bisa sangat berisik oleh suara keponakan ku dan kadang ada beberapa tamu yang berkunjung.  "Oh hai, udah bangun?"  Suara familiar itu menyapa indra pendengaran ku. Aku berbalik. Dia. Yang beberapa hari terakhir mengisi pikiran ku. Yang kadang membuatku teriak sendiri karena kesal, teriak karena kegirangan.  "Kok sepi banget? Kamu udah dari tadi? Orang tua ku mana sih?"  Dia sedikit terkekeh mendengar rentetan pertanyaan k...