Petualangan si Roda Dua

Pagi ini terasa berbeda dari biasanya. Kerap kali aku terbangun ketika lalu lintas sudah padat. Namun, hari ini aku terbangun ketika langit masih sedikit gelap dan belum banyak kendaraan yang melintas. 

Setelah terbangun, aku melakukan aktivitas seperti biasa, diam, bersantai, dan melamun. Aku melihat jalanan di depan rumah, sesekali ada motor yang melintas. Ada yang berjenis matic, ada juga yang manual dijalankan dengan gigi. Sepertinya mereka berlomba-lomba untuk mengantarkan si penumpang menuju tempat tujuan. Selain motor, aku juga melihat kendaraan roda empat seperti mobil dan truk. Ada mobil dengan bak terbuka yang mengantar pasir, lalu ada mobil normal yang membawa beberapa penumpang. Aku tidak bisa melihat berapa jumlahnya. Tapi aku bisa menghitung satu sampai sepuluh. 

Aku bisa menghitung satu sampai sepuluh sudah agak lama. Aku belajar menghitung dari jalanan yang aku lewati sehari-hari. Misalnya saja jumlah roda motor ada dua, jumlah roda mobil ada empat, rangkaian gerbong kereta biasanya ada delapan. Tidak hanya kendaraan, aku juga sering berjumpa dengan binatang. Misalnya ayam yang memiliki dua kaki, sapi yang memiliki empat kaki, dan kerbau yang… entah memiliki berapa kaki. Aku tidak yakin karena aku hanya sering mendengarnya dari petani yang melintas. Pemilikku tidak pernah membawaku melihat kerbau. 

Pemilikku adalah seorang siswa sekolah menengah atas. Aku menebak begitu karena katanya hanya mereka yang berumur 17 tahun keatas yang bisa mengendarai ku. Itu dia pemilikku. Ia berjalan terburu-buru menuju tempat aku diparkirkan. Tapi sepertinya ia lupa membawa sesuatu, jadi ia kembali masuk rumah dan memakai sebuah helm berwarna putih. Barulah ia siap berkendara. 

Mesinku dinyalakan dengan sebuah kunci yang memiliki gantungan gambar kartun. Pemilikku membawaku pergi ke sekolahnya. Aku sudah sangat hafal jalanan itu. Pokoknya belok kiri, belok kiri, belok kanan, belok kiri, belok kanan lurus terus sampai jalan yang lebih lebar, belok kiri lurus terus sampai pertigaan terakhir, belok kanan, belok kiri di pertigaan tengah sawah, lurus terus sampai jalan antar kecamatan, belok kanan, belok kiri, belok kanan, belok kiri, lurus terus sampai markas militer kecil, belok kanan, di sekitar situ sekolahnya berada. Ada pak satpam di depan sekolah. Ada masjid juga. Ada lapangan yang sangat luas. Di lapangan sering ada yang bermain, olahraga, dan kadang ada acara juga. 

Saat sudah sampai di parkiran sekolah, aku ditinggalkan di sana bersama dengan teman-teman yang sejenis denganku. Kadang aku mengajak ngobrol mereka. Tapi ada yang sombong, ada yang pemalu, ada juga yang malas berbicara. Di sana aku juga bertemu sesuatu yang sejenis denganku tapi berusia sangat tua. Seharusnya beliau istirahat saja di rumah, tidak perlu bepergian sampai sejauh ini. 

Hal yang paling mengganggu waktu mengobrol dengan teman-temanku adalah kadang ada manusia yang tiba-tiba duduk di atas badanku. Lalu memainkan setirku, mengubah arah spion, dan bahkan paling parah temanku sampai kehilangan helm yang mulanya ada di spionnya. Jahat sekali mereka. 

Tapi ada juga manusia yang baik. Kadang ada beberapa temanku yang sakit, lalu ada manusia yang membantunya dengan pertolongan darurat. Pernah pula ketika ingin menyebrang jalanan terlalu ramai, terlalu banyak kendaraan yang melintas. Di situlah manusia baik membantu pemilikku membawaku menyebrang jalanan. 

Pemilikku pulang dari sekolah sudah sore. Matahari sudah berpindah ke langit bagian barat. Kadang juga matahari sudah terbenam namun pemilikku baru pulang dari sekolah. Kadang ia juga membawaku mampir ke toko peralatan rumah, alat tulis, dan kadang toko es krim. Aku sering penasaran bagaimana rasa es krim itu. Katanya rasa es krim dingin dan manis. Aku yang terbiasa minum hasil olahan minyak bumi pasti terkejut jika diminta mencicipi es krim. 

Sore itu saat pulang menuju rumah, tiba-tiba ada mobil hitam yang memiliki badan besar ikut masuk ke keramaian jalan raya. Aku tidak tahu karena apa, keramaian di jalan tiba-tiba memuncak. Aku dibawa ke tepi jalan oleh pemilikku. Di depan sana ada suara perdebatan antara si pemilik mobil hitam tadi dengan seorang pengendara motor. Bisa aku lihat motornya tergeletak di jalan raya. Sementara itu di tubuh si mobil hitam terdapat lecet yang cukup besar. Aku tidak paham apa yang mereka ributkan. 

Di tengah-tengah perdebatan panas itu pemilikku membawaku pergi. Ia memutar balik tubuhku dan melewati jalan yang lebih kecil. Meskipun jarang lewat sana, aku tetap hafal jalanan itu. Pokoknya lurus terus sampai rumah makan, belok kiri, belok kanan, belok kiri, lurus terus sampai jalan antar kecamatan yang biasa dilalui. Jalannya tidak ramai, tapi juga tidak sepi. Aku tetap bisa berjumpa dengan kendaraan roda empat. 

Sebelum matahari terbenam kami sudah sampai rumah. Aku dibawa masuk ke ruang tamu yang sekaligus menjadi tempatku tidur sehari-hari. Selesai sudah petualangan hari ini. Aku akan bercerita tentang petualanganku yang lain di hari lain.

fin.

Komentar