Berkembang, Belajar, dan Terbang

Kakiku memasuki pelataran sekolah baru dengan langkah santai. Mataku menyisir area sekolah baruku yang rindang. Untuk sampai ke aula, tempat pengenalan lingkungan sekolah diadakan, aku melewati banyak sekali pohon dan tanaman. Rindang sekali sekolah baruku. Rasanya nyaman dan seperti menemukan rumah ke dua.

Di aula dilaksanakan Masa Perkenalan Lingkungan Sekolah. Aku menjadi tau mengenai banyak hal di sekolah baruku. Seperti bagaimana sistem belajarnya, guru-gurunya, ekstrakurikuler untuk mengembangkan bakat, dan alumni-alumninya yang ternyata sangat keren. Tidak sabar rasanya untuk masuk ke kelas dan bertemu orang-orang baru yang akan menjadi teman selama tiga tahun ke depan.

Di hari terakhir Masa Perkenalan Lingkungan Sekolah, kakak-kakak OSIS mengajak kami menyanyikan anthem sekolah. Aku yang menghabiskan masa SMP lebih banyak di rumah merasa aneh melihat kakak-kakak itu saling merangkul lalu bernyanyi dengan kompak. Tapi baru-baru ini aku sadar kalau menyanyikan anthem sekolah bersama teman-teman tiga angkatan sangat menyenangkan dan menghangatkan hati.

Setelah melewati satu minggu untuk pengenalan lingkungan sekolah, aku dan teman-teman satu angkatan mulai masuk kelas dan memulai pelajaran. Hari Senin pertama di jam pertama yang sepertinya seharusnya untuk perwalian, bertemu dengan wali kelas, lalu membentuk struktur pengurus kelas, di kelasku tidak. Bahkan wali kelas baru masuk di hari ke empat ketika pelajaran beliau. Yang membuatku kagum dengan sekolah baruku adalah di hari pertama itu ada orang yang memiliki usulan untuk membuat struktur pengurus kelas, lalu hal paling hebat adalah semua warga kelas ikut merealisasikan. Tidak lama setelah usulan itu disebut, pengurus kelas sudah terbentuk dengan aku yang nekat menjadi sekretaris dua.

Satu per satu pelajaran di kelas baru terlewati. Aku lebih sering merasa kesulitan untuk mengikuti daripada lancar mengerti. Pelan tapi pasti, aku merangkak dan belajar hal baru untuk dijadikan pengalaman. Aku juga jadi mengerti bahwa salah satu kemampuan atau skill yang seharusnya selama ini aku latih adalah public speaking atau berbicara di depan publik. Aku merasa kecil ketika melihat ada banyak teman-temanku yang sudah menguasai kemampuan ini. Ada juga dari mereka yang sudah bisa berbicara di depan publik dengan bahasa Inggris yang sangat lancar. Rasa rendah diri lebih sering mengerubungiku saat itu.

Di semester pertama, aku mengikuti ekstrakurikuler jurnalistik dan karya ilmiah remaja. Jurnalistik membawaku menjadi lebih berani untuk mengungkapkan kata-kata melalui tulisan dan membawaku bertemu orang-orang baru, yang paling aku ingat adalah saat mewawancarai ketua komite sekolah.

Untuk tulisan pertamaku di majalah sekolah, aku memutuskan mengambil rubrik Laporan Utama bersama satu teman sekelasku dan satu kakak kelas. Di Laporan Utama kami mewawancarai tiga orang, salah satunya ketua komite sekolah. Aku ingat sekali betapa ribetnya untuk mewawancarai beliau. Dari yang awalnya wawancara akan dilaksanakan di sekolah, berubah menjadi dilakukan di kafe dekat sekolah. Aku yang belum pernah pergi ke tempat-tempat baru bersama orang baru pun merasa kalau pengalaman ini cukup berharga. Wawancara selesai dilakukan pukul lima lebih, aku sampai rumah tepat sekali saat adzan maghrib berkumandang.

Selain mengambil rubrik berkelompok, aku juga mencoba mengambil rubrik Resensi Buku yang penanggung jawabnya hanya aku. Di rubrik ini aku ingin membagikan salah satu buku kesukaanku yang berhasil membuatku menangis dan menyadari bahwa dalam hidup ada banyak kerumitan yang tidak pernah benar-benar kita sadari.

Di tahun pertama sekolah, aku juga menjadi tau mengenai dunia luar yang ternyata tidak semenyeramkan itu. Aku dan beberapa teman dekatku mencoba mengunjungi pameran sekolah di salah satu museum di kota. Dengan nekat aku berangkat sendiri ke lokasi pameran. Di pertengahan perjalanan, aku harus berteduh di depan sebuah kios lantaran hujan deras mengguyur kota. Ketika berteduh, aku menghubungi teman-temanku bahwa aku akan sedikit terlambat. Namun nyatanya aku berhasil bertemu teman-temanku di lokasi pameran secara tepat waktu.

Bagi orang-orang mungkin hal-hal kecil seperti ini adalah sesuatu yang tidak penting, sesuatu yang tidak berharga. Namun bagiku, menceritakan hal-hal kecil seperti ini dapat membuat kita menyadari bahwa hidup tidak pernah benar-benar tidak memberikan pelajaran. 

Komentar